Bilal bin Rabah (muazdin Rasulullah) ia
Berhati Salju Bersuara Merdu yang mengumandangkan azdan dalam islam. Shabat pertama yang memeluk agama islam dari kalangan sahaya. aShabat pertama menaiki ka'bah dan mengumandangkan azdan diatasnya. Shabat yang mempunyai suara yang sangat merdu dengan suaranya membuat shabat-shabat Nabi Muhammad SAW menangis.
Ia adalah seorang budak hitam asal habasyah, ethiopia, yang lahir sekitar tahun 34 sebelum hijriah, sedangkan ayahnya bernama rabah, dan ibunya bernama hamamah.
Si Hitam yang Berhati Salju
Bilal tumbuh besar dikota makkah. Ia adalah budak milik Bani Abdil Bar yang kemudian diwasiatkan kepada salah satu pemuka kafir quraisy makkah, Umayyah bin Khalaf. bilal adalah shabat Nabi yang terkenal akan keteguhan pendirian, ketulusan hati, dan kebersihan jati diri. Didalam diri bilal terdapat cahaya islam. Oleh karenanya, ketika udara islam berhembus dan bilal merasakannya, maka dengan mantap hati bilal memeluk agama islam.
Bilal memiliki pendirian yang sangat kuat. meski bahaya didepannya menghadang, ia selalu mantap terhadap pilihannya. Ia tidak menghiraukan bahaya yang menimpanya yang ada dalam hatinya hanyalah Allah, Allah, dan Allah SWT.
Oleh karena kekokohan pendiriannya, setiap kali Umayyah bin Khalaf (majiakan bilal) menyiksanya dengan beberapa macam siksaan, dari siksaan dengan cambuk hingga tindihan cambuk dibawah terik mata hari padang pasir.
Disatu saat pernah orang-orang kafir makkah memaksa bilal untuk mengatakan tuhan Lata dan Uzza, namun yang dikatakan bilal tidak seperti yang mereka harapkan. ''Lisanku tidak dapat mengucapkannya'', begitu jawaban bilal. Sehingga jwaban ini membuat siksaan yang diterimanya semakin parah. Namun bilal tetap berpegang teguh pada pendiriannya. Lisannya hanya bisa mengatakan ''Ahad (Allah Maha Esa) dan seterusnya.
Bilal dengan sabar menerima ketetapan Allah SWT yang berupa siksaan ini dengan hati lapang. Tidak keluh-kesah dari lisannya. Pernah pula Umayyah bin Khalaf mengikat lehernya kemudian diserahkan kepada anak-anak untuk dibawa berkeliling perkampungan makkah.
Bayang-bayang Rasulullah SAW
Ketika Nabi Muhammad SAW hijrah kekota madinah, bilal ikut berhijrah. Pdahal bilah begitu cinta terhadap makkah. meski makkah menjadi saksi atas penyiksaan dirinya, makkah telah menjadi medannya sejak kecil, makkah telah menjadi dari bagian hidupnya.
Bilal memilih menjadi pelayan Allah dengan melayani Rasulullah di madinah. Ia senantiasa mengikuti Nabi Muhammad SAW kemanapun Beliau pergi. Ia shalat bersama Nabi, berperang bersamanya dan apa yang dikerjakan oleh Nabi ia juga mengerjakannya. Seolah-olah bilal menjadi bayangan-banyangan Nabi. Ia selalu mengikuti dan meniru tidak-tanduk sang junjungan Nabi Muhammad SAW.
Muazdin Rasulullah
Pada tahun pertam Hijriah umat islam memulai membangun masjid di madinah yaitu masjid nabawi. Ketika pembangunan masjid selesai. Shabat (juga Nabi) tidak menemukan cara untuk memberitahukan bahwa waktu shalat telat tiba.
Kemudian Abdullah bin Zaid al-Anshori menemui Nabi Muhammad dan menceritakan perihal yang di alaminya. ''Ketika (aku) diantara terlelap dan terjaga, tiba-tiba ada seseorang yang mengajariku lafazd-lafazd adzan (sebagaimana maklum''). Kemudian Rasulullah berkata,
''Itu adalah berita yang hak''. Lalu Rasulullah berkata lagi kepada Abdullah,
''Ajarkan azdan itu kepada bilal, sebab dialah pemilik suara yang sangat merdu diantara kalian''.
Bilal pun mengumandangkan azdan dengan suara merdunya. Dia yang menjadi muazdin pertama dalam islam.
Begitu pula ketika fathu makkah berkumpul di Baitullah, ketika berhala diroohkan, Rasulullah memerintahkan bilal untuk menaiki kakbah agar mengumandangkan adzan. Ketika adzan dikumandangkan, ribuan orang menoleh ke arah bilal dan mengikuti apa yang dikumandangkannya dengan khusuk.
Kekasih Rasulullah
Rupanya Rasulullah begitu perhatian terhadap bilal. Dan perhatian Rasulullah ini kemudian berubah menjadi kasih sayang, kemudian diekpresikan dan ditampakkan dengan pemberian.
Suatu hari Rasulullah memperoleh tiga tombak dari raja najasyi. Tiga tombak ini merupakan barang sangat berharga dan sangat antik yang dimiliki kerajaan habasyah. Kemudian Rasulullah memberkan tombak tersebut kepada Ali bin Abi Thalib Umar bin Khattab dan Bilal bin Rabah.
Bilal menerima pemberian Rasulullah ini dengan suka cita. Tombak itu senantiasa dibawa oleh bilal sepanjang hidupnya, baik ketika shlat maupun bepergian.
Bilal juga pernah mendapat berita gembira dari Rasulullah pada suatu pagi yang cerah, usai pelaksanaan shalat subuh, Rasulullah memanggil bilal,
''Hai bilal, beri tahu kepadaku, amalan apa yang paling engkau sukai sehingga amalan itu memiliki kemanfaatan bagi islam, sebab tadi malam aku mendengar suara terompahmu lewat didepanku ketika aku disurga?''.
Lalu bilal menjawab, ''Aku tidak melakukan suatu hal yang begitu bermanfaat bagi islam, melainkan aku bersesuci (berwudu) dengan sempurna setiap malam dan siang untuk shalat menghadap Allah dengan kesepurnaan bersesuci''.
Suaranya Membuat Shahabat Menangis
Berita akan mangkatnya Rasulullah membuat goyah hati shahabat, termasuk bilal. Saat itu waktu shalat telah tiba, bilal memulai mengumandangkan azdan, saat dia hendak mengucapkan kalimat
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah lisan bilal bungkam tidak bisa mengucapkan. Ia teringat masa-masa ketika Rasulullah hidup. Tidak ada suara yang keluar dari lisannya bilal, ia terdiam.
Para shahabat yang menyaksikan kejadian ini menangis. Semua teringat pada Nabi Muhammad SAW, mereka tertenggelam dalam laut kesedihan dan kerinduan.
Beberapa hari kemudian bilal mencoa untuk adzan kembali. Namun ketika mengucapkan kalimat
Asyhadu anna Muhammadr Rasulullah bilal tidak bisa mengucapkannya lagi. Ia menangis dan tangisannya diikuti oleh shahabat yang lain. Suara bilal tersebut mengingatkan para shahabat akan dilaksanakannya shalat berjama'ah bersama Nabi Muhammad SAW.
Setelah itu bilal tidak mau mengumandangkan adzan lagi. Sebab ia tidak kuasa untuk melakukannya. Ia pun pindah dari kota makkah menuju Damaskus, Syam, berjihat di negeri itu melawan romawi. Bilal tidak pernah mengumandangkan lagi sehingga Abu Bakar wafat.
Baca Juga: Cerita Abu Hurairah (shahabat Nabi yang tidak pernah lupa)
Umat islam begitu rindu akan suara bilalditengah-tengah mereka. Akhirnya sebagian shahabat memhon agar bilal sudi mengumandangkan suara merdunya (adzan) setelah beberapa tahun dia tidak pernah adzan.
Pada masa khalifah Umar bilal dua kali mengumandangkan adzan. Pertama saat umar berkunjung ke Syam. Kedua saat bilal ziarah ke makam Rasulullah. Dikesempatan terakhir bilal bersedia untuk adzan karena permintaan para shahabat terutama permintaan al-Hasan dan al-Husain, atas desakan itu, bilal sudi mengumandangkan adzan lagi.
Begitu lafal-lafal adzan mengemma dari lisan bilal, air mata para shahabat tumpah membanjiri pipi-pipi mereka. Suara bilal membangkitkan kerinduan shahabat kepada Rasulullah. Suasana haru mencapai puncaknya saat bilal mengucapkan
Asyhadu anna Muhammadar Rasulullah . Sebagian para shahabat bahkan bertanya, ''Apakah Rasulullah dibangkitkan kembali?''.
Pengumandang seruan langit ini wafat di Syam dan dikuburkan di Darayya, dekat damaskus. Menjelang wafatnya
Bilal bin Rabah berkata, ''Besok kita akan bersua dengan para kekasih, Muhammad dan para shahabatnya.
Kesimpulan
Bilal mempunyai pendirian yang sangat kuat. Meski bahaya di depannya menghadang. Ia selalu mantap terhadap pilihannya. Ia tidak menghiraukan bahaya yang menimpanya, yang ada di hatinya hanyalah, Allah, Allah dan Allah.
Kiranya cukup sampai di sini artikel kami yang berjudul
Berhati Salju Bersuara Merdu. Semuga kita bisa mengambil manfaatnya, dan semuga kita termasuk orang-orang yang selalu diridho'i oleh Allah Subhanahu Wata'ala, terutama bagi pengarangnya. Amin Ya Robbal Alamin.
BULETIN sidogiri