Keutamaan Membaca Al-Qur'an

ان الذين يتلون كتب الله واقاموالصلوة وانفقوا مما رزقنهم سراوعلا نية يرجون تجارة لن تبور ليوفيهم اجورهم ويزيدهم من فضله انه غفور شكورArtinya: '' Sesungguhnya orang-orang yang membaca kitab Allah, mendirikan shalat, dan membelanjakan sebagian rizki yang kami berikan pada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan.

Tata Cara Shalat Bisa khusuk

ان العبد ليصلي الصلاة لايكتب له نصفها ولاثلثها ولاربعها ولاخمسها ولاسدسها ولاعشرها.''Sesungguhnya ada orang hamba yang shalat kemudian tidak tertulis baginya separuhnya,tidak juga sepertiganya, tidak juga seperempatnya, tidak seperlimanya, seperenamnya, tidak pula sepersepuluhnya..

Tata Cara Shalat Duduk

Ingatlah sehat, sebebelum datang sakitmu, karena sakit datangnya tidak bisa diperediksi. Ketika sakit datang, banyak hal yang berantakan rutinitas keseharian, pekerjaan, dan aktifitas spiritual keagamaan, di antaranya shalat lima waktu..

Tata Cara Mencetak Anak Shaleh Dan Shalehah

Semua orang tua tentunya menginginkan anak-anaknya menjadi orang yang berguna, berbakti kepada orang tua, agama dan bangsa. Namun, keinginan tampa upaya adalah angan-angan kosong. Untuk itu, di sini kami akan merangkum...

Hukum Darah Jerawat

Keinginan memencet jerawat seperti halnya keinginan untuk menggaruk rasa gatal. Biasanya, setelah jerawat dipencet, maka akan keluar darah dari dalamnya.S. Lantas bagaimanakah hukumnya darah akibat luka atau darah jerawat yang sengaja dipijat?

Friday, 25 November 2016

Buat Do'amu Jadi Mustajab

PERTALIAN  do'a dengan amal kebajikan ibarat garam dengan masakan, keduanya memiliki hubungan yang begitu erat. Selain itu, do'a juga merupakan ibadah. Dalam hadist yang di riwayatkan dari sahabat Anas bin Malik r.a di sebutkan bahwa do'a adalah mari pati iabadah. Oleh karnanya ada beberapa adap yang perlu di perhatikan agar do'a yang di panjatkan menjadi mustajab dan mudah terkabulkan sebagaimana berikut:
Buat Do'amu Jadi Mustajab

Awali Dengan Basmalah
Hendaklah memulai do'a dengan menyebut nama Allah Swt dan memuji kebesaran-Nya. Yaitu dengan membaca basmalah dan hamdalah. Hal ini berdasarkan beberapa hadist yang sudah populer bahwa setiap kebaikan yang tidak di awali Basmalah atau Hamdalah maka terputus pahala dan keberkahannya.

Shalawat di Awal Dan Di Akhir
 Setelah memulai do'a dengan Basmalah dan Hamdalah, maka di lanjutkan dengan membaca sholawat kepada Nabi Muhammad Saw. Lal di akhir do'a nanti, sebelum penutup, kembali membaca sholawat. Syekh Abu Sulaiman ad-Darani pernah berkata bahwa barang siapa yang berharap hajatnya terpenuhi, maka perbanyaklah bershalawat kepada Nabi Muhammad Saw kemudian sebutkan hajatnya dan akhiri do'anya dengan kembali membaca shalawat.
Karena sesungguhnya Allah Swt pasti akan menerima kedua shalawat terseebut dan tidak mungkin mengabaikan do'a antara keduanya.

Amati Situasi
Orang yang hendak berdo'a sebaiknya memilih waktu yang baik dan mulia untuk berdo'a. Dalam beberapa hadist Nabi Muhammad Saw di jelaskan bahwa di antara waktu-waktu yang baik adalah hari Arafah, bulan Ramadhan, hari Jum'at, dan saat Sahur.

Amati Kondisi
Selain memilih waktu yang baik, orang yang hendak berdo'a sebaiknya memperhatikan kondisi yang baik pula. Dalam beberapa hadist Nabi Muhammad Saw di sampaikan bahwa di antara keadaan-keadaan yang baik adalah saat berada dalam barisan perang ( Jihad fi sabilillah ), saat turunnya hujan, saat antara adzan dan ikamah, saat sedang berpuasa, dan saat melakukan sujud.

Menghadap Kiblat
Berdo'a sambil menghadap kiblat sangat di anjurkan, baik usai melaksanakan shalat atau pada waktu lainnya. Berdo'a sambil menghadap kiblat memang di anjurkan bagi siapa saja. Akan tetapi, bagi seorang imam setelah menunaikan shalat berjamaah, sebaiknya menghadap para jamaah atau berdo'a dengan posisi para makmum berada di arah kanannya sedangkan kiblat di arah kirinya.
Buat Do'amu Jadi Mustajab

Mengangkat Kedua Tangan
Sebaiknya orang yang hendak berdo'a mengangkat kedua tangannya ke langit. Dalam hadist yang di riwayatkan dari Salman al-Farisi r.a di sebutkan bahwa Rasulullah Saw bersabda, ''Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Hidup lagi Maha Mulia. Ia (Alla Swt) malu jika seorang hamba mengangkat tangan (berdo'a) kepada-Nya untuk mengembalikannya dengan tangan kosong sehingga Ia (Allah Swt) menurunkan kebaikan.'' (HR. Tirmidzi) Setelah selesai berdo'a, maka kedua tangan itu diusapkan ke wajah dan sekujur tubuh.

Bernada Sayup
Hendaklah berdo'a dengan suara yang lunak dan sayup. Allah Swt berfirman, '' Berdo'alahh kepada Tuhanmu denganberendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas''. (Qs. al-A'faf ,55). Namun bagi seorang Imam setelah menunaikan shalat berjama'ah diperbolehkan untuk mengeraskan suara dalam do'anya jika
bermaksud agar para jama'ah mengamini do'anya.

Baca Juga: Do'a Agar Cepat Melunasi Hutang

Khusyuk
Orang yang hendak berdo'a sebaiknya juga merendahkan diri, Khusyuk, dan bersikap harap cemas kepada Allah. Menurut Syekh Jalaluddin al-Mahalliy dalam ''Tafsirul Jalalain'' yanng dimaksud dengan harap (raja') adalah bahwa dalam berdo'a seseorang harus yakin akan mendapatkan raahmat Allah dan cemas dari siksa-Nya.

Husnudzh-Dzhan
Dalam berdo'a sebaiknya disertai dengan keyakinan bahwa do'a itu pasti dikabulkan seperti yang telah Allah janjikan. Yaitu dengan berbaik sangka kepada Allah, dengan harapan bahwa do'a tersebut pasti diterima-Nya. Dalam sebuah Hadis Qudsi yang diriwayat dari Abu Hurairah r.a disebutkan bahwa Allah berfirman, "Aku adalah menurut praduga hamba-Ku terhadap-Ku''. (HR. Bukhari Muslim).

Penuh Kesungguhan
Dalam memanjatkan do'a, seseorang juga sangat dianjurkan untuk bersungguh-sungguh. Dan diantara tanda-tanda kedungguhan dalam berdo'a adalah dengan mengulang-ngulangi do'a itu sampai tiga kali.

Do'a Warid 
Hendaklah berdo'a dengan do'a-do'a yang tercantum dalam al-Qur'an dan Hadis. Karena do'a yang paling sempurna, baik dari aspek isi maupun sopan santun kata-katanya, hanyalah do'a yang diajarkan oleh Allah dan Rasulullah. Lagi pula do'a yan dibuat jauh dari campur tangan hawa nafsu tentunya membuat kualitas do'a tersebut murni karena Allah sehingga mudah terkabulkan.
Demikian beberapa adab-adab do'a yang bisa kami sampaikan. Semoga bermanfaat, dan selamat mencoba.

   Kiranya cukup sampai di sini tentang Buat Do'amu Jadi Mustajab, semoga yang mengarang selalu diberikan kesehatan dan ketabahan oleh Allah. Dan semoga yang membaca artikel ini segala urusannya selalu dimudahkan oleh Allah. Amin Ya Robbal Alamin.


                                                                                                                                  BULETIN Sidogiri

Thursday, 24 November 2016

Warung Kopi Di Bulan Suci

Warung Kopi Di Bulan Suci, Syekh Abdurrahman ash-Shafuri bercerita dalam Nuzhatul-Majalis (hal 165): Seorang penganut agama Majusi mendapati anaknya sedang menyantap makanan di hadapan kaum Muslimin yang sedang berpuasa ramadhan. Maka si Majusi itu langsung menamparnya, seraya berka:   لم لم تحفظ حرمة المسلمين في رمضان  
''Kenapa kamu tidak menghormati kaum muslimin yang sedang berpuasa ramadhan''
Warung Kopi Di Bulan Suci

Tidak sampai sepekan dari kejadian tersebut, si Majusi itu meninggal dunia. Syahdanada seorang ulama bermimpi melihat dia berada di surga. ''Bukankah engkau seorang majusi?'' tanya ulama itu pada dia, diapun menjawab: بلى ولكن لما حضرت وفاتي أدركني الله بالاسلام لاحترامي شهر رمضان
"Benar. Namun menjelang ajalku tiba, Allah SWT menyelamatkanku dengan agama Islam gara-gara aku menghormati bulan suci ramadhan".

Secara ushul fiqih, tentu saja kisah ini tidak memiliki kekuatan apapun untuk dibuat dalil, sebab mimpi bukan termasuk dalam salah satu mashadir at-tasyri' (sumber ajaran syariat), baik mashadir yang telah disepakati ulama ataupun mashadir yang masih terjadi perbedaan pendapat di antara ulama. Namun demikian, bukan berarti cerita Syekh ash-Shafuri tersebut tidak memiliki makna apa-apa, sehingga kita abaikan begitu saja. Perlu kita ingat bahwa sebuah cerita seringkali lebih udah diterima sebagai inspirasi bagi banyak orang. Bahkan ada sebagian orang yang tidak bisa tergugah oleh sederet dalil yang matang dan kuat, namun dia mudah tergugah hanya gara-gara satu cerita yang dihayatinya. Ada banyak orang yang tidak bisa dipengaruhi pikirannya, tapi bisa disentuh perasaannya.

Oleh karena itu, cerita semacam ini sangat penting kita sampaikan kepada masyarakat, terutama terutama karena akhir-akhir inin karisma bulan Ramadhan sudah semakinpudar di hadapan mereka. Dua puluh tahun yang lalu, sangat sulit menemukan warung makan yang berani buka di siang hari bulan Ramadhan, apalagi secara terang-terangan. Namun akhir-akhir ini kita sudah terbiasa melihat warung yanng berani berjualan makanan secara terang-terangan. Kita mulai terbiasa melihat orang yang makan-makan di tempat umum tanpa rasa segan dan beban moral sedikitpun.

Fenomena ini bukan hanya soal mulai banyaknya orang Islam yang tidak berpuasa. Namun lebih dari itu juga menyangkut hilangnya rasa hormat terhadap ajaran agama dari hati mereka. Ini merupakan persoalan yang sangat serius, karena jika hal tersebut dibiarkan terjadi secara terus menerus, maka ajaran-ajaran pokok Islam lambat laun tinggal namanya belaka.

Oleh karena itu, Islam bersikap sangat keras terhadap orang yang melakukan keburukan secara terang-terangan (mujahir bil-fisq), apalagi disertai dengan rasa bangga. Secara sosial hal itu memiliki banyak sekali efek buruk, diantaranya:
1. melakukan perbuatan maksiat dengan terang-terangan sama halnya dengan menginjak-nginjak harga diri ajaran agama.
2. mempromasikan keburukan.
3. menanamkan kesan bahwa pelanggaran tersebut merupakan hal biasa. Akibatnya masyrakat tidak merasakan beban moral untuk melakukannya.
4. berpotensi besar untuk ditiru oleh orang lain.

Rasulullah Saw bersabda:
كل امتي معافى الا المجا هرين
''Semua umatku (bisa) diampuni oleh Allah, kecuali orang-orang yang terang-terangan (dengan perbuatan maksiat). HR. Imam Bukhari dan Muslim).
Dalam Hadis Mursal-nya Imam Hasan al-Bashri disebutkan bahwa da tiga orang yang halal kehormatannya (boleh di ghibah dan semacamnya), yaitu: orang yang terang-terangan melakukan kefasikan, pemimpin yang zalim dan orang ahli bid'ah (penganut aliran menyimpang).
Ibnu Batthal menyatakan:
وفي المجاهرة بالمعاصي استخفاف بحق الله وحق رسوله ضرب من العناد لهما
"Dalam perbuatan maksiat yang dilakukan dengan terang-terangan terdapat unsur melecehkan hak Allah SWT dan hak Rasul-Nya, juga ada semacam penentangan terhadap keduanya'' (Syarh Shahih al-Bukhari: IX/163).

Warung Kopi Di Bulan Suci
Dengan demikian, maka sudah seharusnya umat Islam bersatu menyerukan agar warung-warung makan tutup disiang hari Bulan Ramadhan. Oleh karna itu, sungguh merupakan suatu hal yang sangat ironis, ketika pada bulan Ramadhan yang lalu (1436 H ) justru ada sebagian ulama' masyhur yang membela warung-warung yang buka di siang Ramadhan.

Pembelaan tersebut seolah-olah merupakan sikap bijak, padahal sebenarnya merupakan pertanyaan sangat kontak produktif, bahkan berbahaya. Sebab, pertanyaan itu berpotensi besar di jadikan sebagai alat justifikasi untuk memberi ruang bebas bagi orang-orang Islam yang tidak menjalankan ibadah puasa. Logikanya, tampa di bela sekalipun mereka sudah berani terang-terangan, apalagi jika ada ulama' terkenal yang justru mengeluarkan pertanyaan membela. Tentu kita tahu bahwa memang ada orang-orang yang sedang memiliki uzur ( tidak wajib berpuasa ), namun jumlah mereka sangtlah kecil, sehingga tidak bisa di jadikan sebagai alasan untuk mengorbankan kepentingan yang jauh lebih luas.

Ibarat begini : ganda kadangkala di butuhkan untuk keperluan pengobatan medis, akan tetapi kebutuhan medis tersebut sangatlah kecil di bandingkan ganja yang di gunakan untuk hal-hal buruk yang merusak mental dan moral masyarakat. Apakah dengan dalih kebutuhan medis, kita akan membela orang-orang yang menanam ganja di ladang-ladang mereka!? Tentu saja hal itu merupakan kesalahan berfikir yang sangat mendasar.

Warung Kopi Di Bulan Suci
Sedangkan untuk non muslim perbandingannya adalah pulau bali. Umat islam di sana tidak berani melakukan kegiatan di tempat umum ketika Hari Nyepi. Mereka memahami posisinya di tengah-tengah mayoritas umat Hindu yang sangat menghormati momen ini. Maka, di wilayah mayoritas Muslim seperti di jawa dan Sumatera, sudah seharusnya non Muslim juga tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang melukai perasaan umat Islam selama bulan Ramadhan. Misalnya, tidak makan-makan di tempat umum dan tidak secara terang-terangan membuka warung makanan.

Oleh karena itu, kita perlu memberikan apresiasi yang besar kepada aparat pemerintah yang melakukan penertikan terhadap tempat-tempat hiburan selama bulan Ramadhan, apalagi jika sampai menertibkan warung-warung. Sebenarnya, hiburan-hiburan tersebut di larang agama meskipun di luar Ramadhan. Namun, perhatian lebih selama bulan Ramadhan setidaknya menumbuhkan semangat penghormatan terhadap bulan suci.

Apalagi, menurut ulama' salah satu hal yang menyebabkan perbuatan maksiat menjadi semakin berat dan besar desanya adalah karena di lakukan di waktu atau tempat-tempat mulia. Senyampang aparat bergerak dengan siap untuk menertibkan, maka tentu saja kita sangat tidak mendukung adanya ormas atau unsur masyarakat yang bergerak sendiri si luar aparat pemerintahan. Namun, jika aparat pemerintahan membiarkan, maka kita tidak bisa menyalahkan jika ada unsur ormas atau masyarakat melakukan peneriban sendiri.

Sebab, tujuan mereka melakukan hal itu adalah untuk membela hak dan harga diri ajaran agama yang di injak-injak oleh pelaku maksiat. Tindakan-tindakan semacam ini bukanlah bentuk intolernasi, namun lebih sebagai tekanan terhadap pelanggaran dan penyimpangan. Sebab, pada dasarnya kita menerima pembelaan, tapi tidak bisa menerima sebuah penyimpangan. Sekali lagi perlu di garisbawahi bahwa toleransi adalah kata yang tepat dalam menyikapi perbadaan, tapi bukan kata yang tepat untuk menyikapi pelanggaran, penyimpangan, penistaan dan penodaan. Membiarkan penyimpangan atas nama toleransi adalah sikap lemah, tidak peduli dan menipu diri.

    Kiranya cukup sampai disini tentang Warung Kopi Di Bulan Suci ini, semuga pengarangya selau sehat wal afiyat, dan semuga yang membaca artikel ini bisa dapat mengambil hikmahnya. Amin Ya Robbal Alamin.

                                                                                                                                   BULETIN Sidogiri

Wednesday, 23 November 2016

Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya, ramadhan adalah bulan yang sangat mulia. Kemuliaan bulan ramadhan ini ditopang dengan rangkaian dalil yang tidak perlu dilakuka koreksi. Pada bulan inilah semua amal kebaikan manusia akan dilipat gandakan. Dalam riwayat dari Salaman al-Farisi, suatu ketika Rasulullah berkhuthbah pada akhir sa'ban. Dalam khuthbahnya Rasulullah mengupas keistimewaan ramadhan dan Lailah al-Qodar .
Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Rasulullah menyebut bahwa ramadhan merupakan bulan mubarak yang ddalamnya terdapat Lailatul-Qodar, yaitu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Allah meenjadikan bulan ramadhan sebagai kewajiban beribadah malam sebagai kesunahan. Orang bertaqarrub dibulan ramadhan dengan mengerjakan amal baik, pahalanya sama dengan orang yang mengerjakan ibadah fardhu di selain ramadhan, seperti mengerjakan tujuh puluh ibadah fardhu diselain bulan ramadhan. Bulan ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan sabar ganjarannya adalah surga.

Dalam khuthbah yang panjang itu, salah satu yang menjadi perhatian adalah Lailatul-Qodar. Lailatul-Qodar juga disinggung dalam al-Qur'an Suarah al-Qodar [97], sebagai malam lebih baik dari seribu malam (khirun min alfi syahr). Hanya kemudian, pada malam apakah Lailatul-Qodar terjadi?. Apakah lipatan pahala amal pada  Lailatul-Qodar yang demikian istimewa tersebut hanya didapat oleh orang yang bisa menyingkap tabir malam seribu bulan itu, atau seseorang yang kebetulan beramal pada Lailatui-Qodar juga mendapatkan keistimewaan besar itu?

Misteri rahasia Ilahi agar manusia terus berupaya untuk menggapainya, jika kemudian ada rumusan dari para ulama, hanyalah bagian dari pendeteksian atas terjadinya malam mulia itu. Terkait denga tahu dan tidaknya atas berlangsungnya Lailatui-Qodar untuk merengkuh keistimewaan tersebut, terjadi silang pendapat di antara ulama. Perbedaan itu bisa dilihat dari jawaban Imam Ramli saat ditanyakan hal itu. Beliau mengakui adanya perbedaan dikalangan ulama terkaid dengan apakah harus tau tidak untuk keistimewaan Lailatu-Qodar. Imam Ramli juga mendasarinya dengan mengutip pendapat dari Ibnu Hajar (Fatwa ar-Ramli, 2:67).

Diantara yang berbeda adalah ath-Thabari, al-Muhallab, Ibn al-Muqri dan sekumpulan ulama lain menyatakan bahwa keutamaan Lailatul-Qodar tidak terkait dengan tersingkapnya malam itu denhan tanda-tanda. Asalkan sudah tepat amal bebaikan yang dikerjakan pada malam itu, meski kebetulan dan tidak mengetahuinya tetap mendapat pahala sesuai yang dijanjikan. Sementara itu dari kalangan mayoritas ulama (aktsar), pahala berlipat pada Lailatul-Qodar terikat dengan pengetahuan akan malam itu. Artinya, Jika kebetulan, pahala berlipat tidak bisa diraih.
Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Kunci perbedaan tersebut adalah pada kata ''Yuwafiqu'' pada Hadis riwayat Imam Muslim berikut:
من يقم ليلة القدر فيوافقها ايمانا واحتسابا غفرله
Artinya ''Barangsiapa yang beribadah pada malam Qodar lalu mencocokinya, disertai keimanan dan mencari ridha Allah, dosanya diampuni''. HR. Musli.
Kata ''Yuwafiqu'' yang subjeknya adalah orang yang mengerjakan ibadah pada Lailatu-Qodar kata Imam Nawawi adalah mengetahui (al-Ilmu) bahwa malam itu adalah Lailatul-Qodar. Ia mencocoki berarti tahu bahwa itu Lailatul-qodar. Akan tetapi menurut beliau, juga masih ada kemungkinan bahwa maksud ''Yuwafiqu" adalah mencocoki Lailatul Qodar pada ranah kenyataan (nafs al-amr), meskitidak mengetahuinya keberlangsungan malam itu.

Sementara Ibnu Hajar memberi penjelasan atas perbedaan tersebut, menurutnya penafsiran kata ''Yuwafiquha" pada Hadis diatas dengan pengetahuan terjadinya Lailatul-Qodar adalah pendapat unggul dari pandangannya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi orang yang beribadah untuk memburu  keistimewaan Lailatul-Qodar mendapat hasil pahala besar ketika kebetulan dilakukan pada malam istimewa itu, meski ia tidak mengetahuinya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ramli, dari sudut makna pendapat yang mengharuskan pengetahuan lebih unggul. Namun demikian dua penafsiran ini sebenarnya bisa dikompromikan (jam'u). Pendapat pertama, hanya berkait dengan ampunan dari Allah ketika mengetahui bahwa malam Lailatul Qodar dan ia beribadah dimalamnya. Maksudnya selain pahala besar, ia juga mendapatkan ampunan sesuai dengan arti lahir Hadis diatas, yang dalam riwayat lain menyebut dosa-dosa yang telah dilakukan. Adapun orang yang kebetulan beramal kebajikan pada Lailatul-Qodar, meski tidak mengetahuinya, lipatan pahala tetap ia raih sesuai yang dijanjikan, meski tidak
mendapat jaminan ampunan.

Baca Juga: Keutamaan Membaca Al-Qur'an

Artinya, tahu dan tidaknya bahwa suatu malam pada bagian bulan ramadhan, khususnya pada sepuluh terakhir tidak menjadi persoalan inti. Hal paling inti adalah bagaimana kita dapat mengisi hari-hari ramadhan dengan amalan ibadah yang dilandasi keimanan dan harapan besar atas pahala yang dijanjikan oleh Allah. Keimanan atas apa yang dijanjikan adalah sumber utama dalam segala tindakan, meski terbilang kecil secara lahiriah.

Memang beragam pendapat atas keberadaan Lailatul-Qodar, dari semua pendapat sepuluh akhir dari bulan ramadhan adalah suatu hal yang paling unggul dinyatakan sebagai berlabuhnya Lailatul Qodar, terutama pada hari-hari tanggal ganjil. Untuk hal ini ada rumus-rumus tertentu dari ulama terkait dengan terjadinya Lailatul Qodar disepuluh akhir ramadhan. Paling tidak rumusan ini dapat dijadikan salah stu sumber deteksi untuk meraih keutamaan besar malam itu. Jikapun tidak bersikap keistimewaannya, setidaknya amal kebaikan tetap akan dilipat gandakan dibanding dengan amal pada malam-malam yang lain.
Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Rumus pertama dari Imam al-Ghazali yang kemudian dijadikan nazham oleh asy-Syihab al-Qulyubi. Menurutnya untuk mendeteksi keberadaan Lailatul-Qodar  bisa dilihata dari awal mulanya berpuasa. Jika awal puasa pada hari ahad atau rabu, Lailatul Qodar jatuh tanggal 29; awal hari selasa dan jum'at, jatuh pada tanggal 27; awal pada hari kamis, jatuh pada tanggal 25; awal pada hari sabtu, jatuh pada tanggal 23; dan awal pada hari senin, jatuh pada tanggal 21.
Rumusan tersebut bersumber dari kalangan sulfi yang bergelut dalam dunia askets (zuhud). Ada banyak rumus untuk mendeteksi Lailatul Qodar, rumus lain yang sedikit berbeda dengan rumusan diatas, sebagaimana dikutip oleh Syekh Abu Bakar Syatha dalam I'anah-nya. Juga sama dari awal puasa, tapi penentuannya bearbeda. Rumus tersebut adalah Lailatul Qodar Jatuh pada tanggal 29 jika awal puasa harai jum'at atau senin; tanggal 21 jika awal puasa hari ahad dan rabu; tanggal 25 jika awal hari selasa; dan jika Ramadhan diawali hari kamis bisa terjadi setelah sepuluh hari pada malam disunahkannya witir, yakni tanggal 25 keatas.

Ini hanyalah berupa rumusan untuk pendeteksian awal terjadinya Lailatul Qodar, kepastiannya tetap menjadi rahasia Ilahi. Kerahasiaan inilah yang kemudian melahirkan istiqamah untuk ber-Taqarrub di semua bulan ramadhan, terlebih pada sepuluh akhir dari tanggal 21. Bersiaplah untuk menyambut ramadhan dan merangku keistimewaan Lailatul Qodar!  Semuga Allah memberikan kita pertolongan. Amin.

   Kiranya cukup sampai di sini tentang  semuga pengarang dan yang membaca artikel kami selalu diberi pertolongan oleh Allah SWT dan mendapatkan Malam yang penuh keistimewaan (LAILATUL QODAR). Amin Ya Robbal Alamin.


                                                                                                                                   BULETIN Sidogiri

Tuesday, 22 November 2016

Hukum Bangunan di Bantaran Kali Atau Sungai

Hukum Bangunan di Bantaran Kali Atau Sungai, memasuki pada tahun 2014, televisi dihiasi oleh berita banjir yang terjadi di ibu kota jakarta. Di beberapa titik air mengenangi jalan dan permukiman penduduk dengan pareasi ketinggan, mulai setinggi lutut orang dewasa hingga atap rumah rumah. Jokowi yang diharapkan mampu mengatasi banjir sepertinya tidak berdaya melawan terjangan air  yang sedemikian rupa.
Kesimpulan sementara dari analisis beberapa pakar tata-kota, banjir jakarta lebih disebabkan rendahnya kesadaran masyarakat jakarta terhadap lingkungannya, khususnya bangunan di bantaran kali dan membuang sampah sembarangannkesungai.

Hukum Bangunan di Bantaran Kali

Menyikapi banjir jakarta berikut wilayah lainnya memang rumit bin pelik, serumit dan sepelik penanganan korupsi di negeri ini. Beberapa persoalan melingkupi jakarta dan lainnya. Akan tetapi, yang paling mendasar adalah persoalan sampah dan sungai yang menyempit lantaran bantaran kali dijadikan hunian penduduk. Waduk (Danau) yang berfungsi sebagi penumpang air juga mengurang akibat dijadikan hunian.

Tulisan ini tidak akan membahas rumit, apalagi sisi politik yang sulit dan berbelit. Akan tetapi mencoba untuk meneropong dari sudut fikih mengenai hukum pendirian bantaran kali atau fasilitas umum yang pada akhirnya mengakibatkan kerusakan umum. Paling tidak sebagai pertimbangan untuk masyarakat sebagai fikih menyikapi hal tersebut.

Secara alami sungai merupakan tempat mengalirkan air dari sumber ketempat yang lebih rendah, yaitu laut yang menjadi penampung terbesarnya. Berarti, fungsi sungai sangat terkait dengan air dan keduanya tidak bisa dipisahkan. Jika menginginkan air mengalir secara alami dan tidak membanjiri pemukiman, tentunya fungsi sungai harus harus diletakkan pada posisi semula.

Baca Juga: Hukum Mengambil Pasir Disungai

Dalam beberapa kitab fikih kita temukan pembicaraan berkaitan dengan pemeliharaan sungai, termasuk secara langsung hukum membangun bangunan di bantaran sungai (hafatain-nahr). Dalam pandangan empat mazhab sungai memiliki hukum harim atau tepi yang hukumnya sama dengan sungai. Hanya Abu Hanifah yang menyatakan bahwa sungai tidak memiliki hukum tapi, walaupun Abu Yusup dan Muhammad yang keduanya merupakan murid Abu Hanfah menyatakan sebaliknya, dan mereka menilai inilah pandangan mazhab Hanafi yang sebenarnya.

Ketika sungai memiliki hukum (harim), tentunya siapun dilarang menggunakan tepi sungai sebagai tempat hunian, tak terkecuali masjid atau fasilitas lainnya. Bahkan bagi pemerintah dilarang untuk memberikan izin (iqtha') kepaada siapapun untuk mempergunakan tepi sungai sebagai hunian. Mengutip pendapat as-Subki as-Suyuthi menyatakan bahwa bantaran sungai adalah hak umum yang tidak boleh dimiliki oleh siapapun, sehingga tidak boleh diperjual belikan, mendirikan bangunan, dan bahkan bagi pemerintah dilarang untuk memberi izin untuk semuanya.

Hukum Bangunan di Bantaran Kali
Maka dengan demikian, tepi sungai wajib dipelihara dan dijaga kelastariannya. Mengenai batas  tepi sungai yang termasuk wajib dipelihara ulama memang berselisih pendapat. Sebagaimana disebutkan oleh as-Suyuthi dalam fatwa-Nya yang mengutip pendapat al-Khawarizmi, ada yang berpendapat sejauh pembuangan lumpur ketika dilakukan pengerukan. Kemudian dari kalangan Hanafi menyatakan, tepi yang di hukumi harim adalah selebar sungai pada dua tepinya.

Sementara al-Qulyubi mengatakan harim sungai adalah sesuatu yang dibutuhkan untuk kemanfaatan sungai seperti saat pembuangan lumpur saat pengerukan dan pembersihan atau pelebaran sungai. Oleh karena itu kata al-Qulyubi, segala bangunan yang ada dibantaran sungai harus diperbolehkan walaupun berupa masjid. Hal ini kata al-Qulyubi sebagaimana telah disepakati oleh empat imam mazhab. Sementara al-Jaamal mengatakan bahwa kondisi ini memang menjadi musibah umum (ammatul-balwa) sehingga ulama banyak menulis topik ini agar  manusia menghentikan tindakan membangun bangunan dibantaran kali.

Hukum ini berlaku pada dua sisi tepi sungai,apa lagi diatas sungai. Sebab inti dari hukum ini adalah masalahah umum, bahwa sungai milik umum yang fungsinya adalah untuk kebaikan masyrakat. Jika mendirikan bangunan di pinggir sungai atau bahkan diatasnya tentunya sangat mengganggu hak umum. Bencana banjir yang terjadi di akhir-akhir ini karena fasilitas sungai terjajah sehingga air tidak menemukan tempat lagi untuk mengalir. Pengerukan sungai sulit dilakukan karena pinggir-pinggir sungai telah terbangun bangunan permanin.

Pembangunan banjir memang tidak cukup dengan hanya menormalisasi bantaran kali, ada hal yang perlu dilakukan, yaitu membentuk pola pikir masyrakat agar sadar terhadap pentingnya untuk menjaga lingkungan. Pemerintah dan maysrakat agar sadar tentang pentingnya ruang terbuka hijau, mengerti bahwa bantaran sungai bukanlah lokasi hunian. Sadar dengan tidak membuang sampah sembarangan. Sebab sudah pasti, rekayasa teknis seperti membuat terowongan bahwa tanah tidak akan menyelesaikan masalah banjir tanpa adanya kesadaran masyrakat itu sendiri. Wallahu a'lam.

   Kiranya cukup sampai disini tentang Hukum Bangunan di Bantaran Kali Atau Sungai ini, Semuga pengarangnya selalu sehat dan sukses dan juga yang membaca artikel ini. Amin Ya Robbal Alamin.

                                                                                                                 BULETIN Sidogiri

Monday, 21 November 2016

Rahasia Ridha dan Murka Allah

 Rahasia Ridha dan murka Allah memang menjadi misteri yang tidak mungkin disingkap dan dipahami oleh semua manusia, karena ia dilingkupi oleh hikmah yang memang hanya diketahui oleh Allah SWT.
Dalam bahasa agama, ad dua hal yang menjadi titik tolak ukur dari pekerjaan seorang hamba: yaitu pahala dan dosa. Keduanya keduanya merupakan sumber murka dan ridha dari-Nya. Hal yang jelas, pahala dapat melahirkan ridha, sedangkan dosa dapat menarik murka dari Allah. Hanya saja, keduanya cukup beragama, sehingga sulit diketahui pahala apa yang yang bisa melahirkan ridha dan dosa apa yang menarik murka Allah.
Rahasia Ridha dan Murka Allah
Menyangkut ridha dan murka Allah memang menjadi misteri yang tidak mungkin disingkap dan dipahami manusia, karena ia dilungkupi oleh hikmah yang memang hanya Allah yang dapat mengetahuinya. Akan tetapi, ulama kemudian mencari sinya-sinyal informasi apa saja yang memang dirahaasiakan oleh Allah. Dzun Nun al-Mishri misalnya, dalam satu halaqah ilmiahnya pernah menyatakan, ada tiga hal yang Allah sengaja samarkan. Ketiga-tiganya adalah sebagaimana berikut:

Pertama, ridha Allah dalam ketaatan. Ridha Allah tentunya menjadi dambaan bagi setiap hamba-Nya, karena dengannya, menusia akan hidup bahagia dan mati dalam keadaan husnul Khatimah yang berbuah surga. Dari itulah, taat yang dikerjakan oleh manusia mestinya hanya memiliki satu tujuan, yaitu ridha Allah, bukan pahala atau surga. Hanya masalahnya, ibadah seperti apa yang dapat melahirkan ridha dari Allah SWT?.

Allah memang merahasiakan ridhanya dibalik beragamnya ibadah. Banyaknya ibadah itu tidak akan menjamin  akan mendapatkan ridha-nya, justru terkadang pekerjaan yang terbilang remih dihadapan manusia mendatangkan ridha-Nya. Dalam suatu Hadis disebutkan, seorang pelacur yang diampuni dosanya haya ia memberi minuman pada anjing yang kehausan.

أن امرأة بغيا رأت كلبا في يوم حار يطيف ببئر, قدأدلع لسانه من العطش, فنزعت له مو قها, فغفر لها   
Yang artinya ''Seorang pelacur perempuan melihat anjing pada hari yang panas dan berputar-putar disumur, anjing tersebut menjulurkan lidahnya karena kehausan. Kemudian perempuan tersebut melepaskan sepatunya untuk memberi minuman pada anjing. Akhirnya ia diampuni dosa-dosanya''. (HR Bukhari dan Muslim).

Juga Hadis yang mengisahkan seorang laki-laki yang melepaskan sepatu muzahnya untuk menimba air yang diminumkan ke anjing yang kehausan. Allah bersyukur padanya dan mengampuni dosa-dosanya. Shahabat yang mendengar kisah tersebut mengatakan, ''Apakah bagi kita pada binatang terdapat pahala?'' Rasulullah kemudian menyampaikan, ''Pada setiap hati (kabid) yang basah terdapat pahala'', (HR Bukhari dan Muslim). Untuk itu, kita tidak boleh menyepelehkan amal baik, meskipun sepertinya bobot pahalanya ringan. Bisa mungkin amal model demikianlah yang dapat menarik ridha Allah yang berbuah surga.
Rahasia Ridha dan Murka Allah
Kedua, murka Allah dalam kemaksiatan. Dalam hal ini orang yang banyak mengerjakan kemaksiatan belum tentu dapat murka Allah, dan juga sebaliknya yang karena melakukan kemaksiatan sepele malah mendapat murka Allah. Mendapat murka Allah tentu balasannya adalah neraka, na'udzu billah min zdalik. Hal ini tercermin dari Hadis yang menjelaskan seorang perempuan yang masuk neraka gara-gara mengekang kucing dan tidak memberinya makan hingga mati.

Ketiga, dari tiga hal yang dirahasiakan oleh Allah adalah: Kewalian pada hambanya. Wali berarti kekasih Allah yang memang dirahasiakan oleh-Nya. Bisa mungkin orang yang terbilang rendah secara sosial maupun agama dengan aktivitas ibadah yang biasa-biasa menjadi kekasih Allah, dan bisa mungkin pula orang yang terlihat shaleh justru dimurkai Allah.
Hikmah dari tiga hal di atas adalah sikap waspada dalam segala tindakan. Bisa mungkin dengan rasa ikhlas perbuatan baik mendapat pahala besar, dan sebaliknya dengan menyepelehkan perbuata maksiat mendapat murka Allah. Demikian pula, kita tidak boleh meremihkan seseorang karena bisa mungkin dia adalah wali Allah. Dalam al-Qur'an surah az-Zalzalah disebutkan demikian:

Baca Juga: Cara Meraih Pahala
 
    فمن يعمل مثقال ذرة خيرايره.ومن يعمل مثقال ذرة شرايره
Yang artinya ''Barang siapa yang berbuat kebaikan seberat dzarrah pun, niiscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrah pnu, niscaya dia akan melihat (balasan)nya pula''. (QS Az-Zalzalah [99] :7-8).

Dalam keterangan lain, Allah memang banyak merahasiakan sesuatu yang tujuanya agar manusia terus mencari ridha Allah dalam segala tindakan baik, serta berhati-hati dari murka Allah SWT dalam segala tindakan maksiat. Misalnya, selain dari tiga hal tersebut diatas, Allah juga merahasiakan Lailatul Qadar pada bulan ramadhan, tujuanya agar manusia setiap malam dibulan ramadhan dengan senantiasa melakukan ibadah.
Pada sisi yang lain, Allah juga merahasiakan terkabulnya do'a pada suatu saat di hari jum'at, agar kita terus berdo'a pada hari itu. Termasuk juga Allah merahasiakan Asma'al-A'zham-Nya agar manusia berdo'a dengan semua Asma' tersebut. Allah  juga merahasiakan shalat Wustha agar manusia menjaga semua shalat yang telah diwajibkan pada kita.

Hal terpenting dari semua itu adalah kita sebagai hamba terus berusaha untuk mencari ridha Allah dalam setiap amal baik, walaupun itu terbilang kecil. Demikian pula bersikap mawas diri untuk selalu menghindari perbuatan dosa, walupun ternilai remih. Sebab kita tidak pernah taahu, mana yang mengundang murka Allah. Kita berharap semoga Allah senantiasa meridho'i amal baik kita dan mengampuni dosa-dosa kita . Amin.

    Kiranya cukup sampai di sini saja tentang Rahasia Ridha dan Murka Allah, semuga pengarang dan yang membaca artikel ini dosa-dosanya diampuni oleh Allah SWT, dan termasuk orang yang husnul khatimah. Amin Ya Robbal Alamin.

                                                                                                                                  BULETIN Sidogiri 

Sunday, 20 November 2016

Kisah Surga Dan Neraka Kekal

Kisah Surga Dan Neraka Kekal, sampai saat ini keberadaan keduanya tetap dilingkupi mesteri. Apakah diluar alam ini, atau masih dalam lingkungan dunia saat ini, tetapi dalam dimensi yang berbeda? Wallahu a'lam.
Hal yang menjadi tolak ukur dalam keimanan seseorang adalah, memprcayai hal-hal ghaib yang diberitakan oleh Rasulullah melaui wahyu, termasuk keberadaan surga dan neraka. Keduanya, diberitakan sabagai titik tolak ukur dari perbuatan manusia dan bangsa jin semasa hidup didunia, baik yang berisfat pahala maupun dosa. Akan tetapi, mengenai keduanya tetap menjadi misteri, khususnya apakah nantinya keduanya jugak rusak ketika hari kiamat?.
Kisah Surga Dan Neraka Kekal
Pertanyaan ini sering mengelinding di beberapa forum, khususnya di pengajian IASS (Ikatan Alumni Santri Sidogiri). Hal ini seiring dengan adanya ayat pada Surah al-Qasahash ayat 88, yang menyebutkan bahwa semua bahwa semua sesuatu akan rusak kecuali Dzat Allah SWT. Arti didalam ayat tersebut Demikian: ''Janganlah kamu sembah disamping (menyembah) Allah, tuhan apapun yang lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kecuali Allah. Baginyalah segala penentuan, dan hanya kepada-Nyalah kamu dikembalikan''. Juga pada surah ar-Rahman ayat 26-27 yang artinya: ''Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan''.

Surga dan neraka merupakan tempat balasan bagi bangsa jin dan manusia. Sampai saat ini, keberadaan keduanya tetap dilingkupi misteri. Apakah diluar alam dunia ini,atau masih dalam dimensi yang berbeda? Wallahu a'lam. Yang jelas kedunya harus diyakini keberadaanya, dan semua agama menyakini keduanya.

Apakah keduanya akan rusak pula, sesuai dengan informasi ayat di atas?. Dalam pandangan Ahlussunnah keduanya kekal, seiring kekalnya ruh manusia dan jin. Lantas bagaimana untuk menjelaskan kekalnya surga dan neraka?. Hal yang bisa dijelaskan pertama adalah, bahwa Allah memiliki kekuasaan penuh atas segala ciptaannya, termasuk keduanya. Di sisi lain Allah juga memiliki sifat jaiz yang dapat melakukan dan meninggalkan segala hal yang mungkin terjadi (Fi'lu mumkinin au tarkuhu).
Kisah Surga Dan Neraka Kekal
Sementara kekekalan surga dan neraka adalah yang mungkin terjadi, dan itu memang sesuai yang dikehendaki oleh Allah. Hal ini jika dikorelasikan dengan dengan beberapa ayat yan g menginformasikan bahwa penduduk surga dan neraka akan kekal (khalidin). beberapa ayat yang dimaksud diantaranya adalah: Surah Ali Imran ayat 15,136, dan 198. yang berbunyi:

أولئك جزاؤهم مغفرة من ربهم وجنات تجري من تحتها الانهار خالدين فيها ونعم اجر العالمين
Yang artinya: ''Mereka itu balasannya adalah ampunan dari Tuhan mereka dan suraga yang didalamnya mengalir sungai-sungai, sedangkan mereka kekal didalamnya; dan itulah sebaik-baik pahala orang-orang yang beramal''. (Ali Imran [3]: 136).

Penjelasan kedua, semua ayat yang menjelaskan bahwa semua mahluk akan rusak kecuali Dzat Allah tidak bersifat mutlak. Artinya, ada beberapa mahluk yang memang dikekalkan oleha Allah. Dalam hal ini beberapa mufassir menjelaskan bahwa ada delapan mahluk yang dikecualikan dari ayat diatas. sebagaimana yang telah dikutip oleh ash-Shawi, as-Suyuthi menyebut kedelapan mahluk tersebut dalam bentuk nazham semuanya adalah: al-Arsy, al-Kursiy, an-Nar, al-Jannah, al-Ajab, al-Arwah, al-Lauh al-Mahfudz, dan al-Qolam.

Baca Juga: Kisah Api Dalam Kuburan.
                    Ceria Abu Hurairah.

Penjelasan ketiga, surga dan neraka merupakan balasan dari Allah di akhirat, terutama bagi mereka yang beriman. Sebab, balasan di dunia tidak sepadan dengan apa yang di lakukan di dunia.
Sebagaimana di sebutkan Ibnu 'Athaillah as-Sakandari dalam al-Hikamnya, Allah menciptakan alam akhirat sebagai balasan bagi hmba-hambanya yang beriman karena alam dunia tidak cukup untuk membalas keagungan amal mereka di alam yang tidak kekal (la baqa'a laha).

Dalam Syarah  al-Hikam disebutkan, setidaknya ada dua alasan mengenainya. Pertama alam dunia yang juga mengandung nikmat tidak cukup untuk diberikan kepada orang-orang yang beriman, karena kenikmatan dunia bersifat sementara. Allah ingin memberikan mereka lebih dari itu semua dengan kenikmatan yang berlipat ganda dari kenikmatan dunia. Kedua alam dunia tidak bersifat kekal tidak pantas untuk dijadikan imbalan bagi orang yang memiliki derajat tinggi, seperti orang-orang yang beriman, sebab, semuanya akan sirna, meskipun lama tidak akan terasa nikmat dibandingkan dengan kekekalan itu sendiri. Tentunya, hukum sebaliknya terjadi bagi orang-orang kafir, yakni tidak beriman. Siksa berupa kekafirannya di dunia tidak cukup sebagai balasan. Adapun kekekalan di neraka adalah hal yang paling pantas diterima atas keingkaran untuk beriman.

Dengan demikian, ada titik kesimpulan bahwa surga dan neraka akan kekal. Akan tetapi kekekalan keduanya berikut yang lain berbeda dengan kekelannya Allah. Jika Allah memang kekal secara Dzatiyah dan itu bersifat wajib dan tidak akan mungkin terjadi kerusakannya, sedangkan kekekalan keduanya dilingkupi oleh kehendak Allah, dan bersifat Jaiz. Allah SWT sengaja mengekkalkan keduanya untuk tujuan memberikan balasan bagi hambanya yang beriman dan kufur, disamping tujuan pasti hanya diketahui oleh Allah.
Karena sengaja dikekalkan, dan itu bersifat mungkin terjadi (jaiz), Maka bisa mungkin Allah menghendaki rusak terhadap keduanya, seperti mahluk lainnya. Sebab itu juga sesuai dengan ketentuan bahwa Allah memiliki hak preogratif untuk melakukan hal tu, sesuai dengan sifat jaiz yang dimilik-Nya. Hanya saja, hal demikian informasinya tidak sebanding, atau jika tidak kita katakan tidak ada, dengan ayat-ayat yang menjelaskan keduanya memang sengaja dikekalkan, sebagaimana ruh manusia yang memang sengaja dikekalkan. Wallahu a'lam.


    Kiranya cukup sampai disini Kisah Surga Dan Neraka Kekal, semuga kita dapat mengambil faidahnya, dan semuga pengarangnya selalu sehat dan tetap dalam lindungan yang maha kuasa. Amin Ya Robbal Alamin.

                                                                                                                                   BULETIN Sidogiri

Thursday, 17 November 2016

Do'a Muhabbah Untuk Memikat Hati Wanita Atau Laki-Laki Yang Akan Dikawini

Do'a Muhabbah Untuk Memikat Hati Wanita Atau Laki-Laki Yang Akan Dikawini. Dan muhabbah ini sangat manjur apabila diamalkan dengan hati yang tulus dan orang yang di muhaabahkan benar-benar akan dikawini, sehingga orang wanita atau laki-laki tersebut benar-benar mencintainya dengan setulus hatinya.

Do'a Muhabbah Untuk Memikat Hati Wanita Atau Laki-Laki Yang Akan Dikawini
Adapun cara-cara mengamalkannya Adalah:
Berpuasa pada hari kamis , kemudian pada malamnya (malam jum'at) sekitar jam 3 malam kalian harus bangun untuk menerjakan shalat 2 rakaat (shalat hajat). Pada rakaat yang pertam setelah membaca surah al-Fatihah membaca surah Alam Nasyrah (surah al-Insyirah), kemudain paada rakaat yang kedua setelah membaca surah al-Fatiha dilanjutkan dengan membaca surah Al-Kautsar (Inna a'Thainakal Kaustar) . Setelah selesai shalat (setelah salam) dilanjutkan dengan membaca do'a dibawah ini sebanyak 7 kali.

Dibawah ini yang titik-titik pertama isi nama orang yang dituju laki atau perempuan, titik-titik yang kadua isi nama orang tuanya. Kalau yang dituju laki-laki, maka pakek (ه), jikalau perempuan pakek (ها)
Berikut do'anya:
اللهم يارب انت حسبي على فلانة....... بنت فلانة......... عطف قلبها (قلبه) علي وسخرلي قلبها (قلبه) وذللها لي وحببني اليها (اليه) حتى تأتي الي خاضعة ذليلة من غير مهلة واشغلها (واشغله) بمحبتي انك على كل شيء قدير

Artinya ''Wahai Allah, wahai Tuhanku, Engkaulah yang mencukupi kepadaku Fulanah atau Fulan binti Fulanah atau Fulan (sebut nama orang wanita atau laki-laki Beserta orang tuanya), cendrungkanlah hatinya kepadaku dan paksakanlah hatinya untukku, serta dan kasinilah ia untukku dan cintakanlah aku aku kepadanya sehingga ia datang kepadaku dengan sopan dan menaruh balas tanpa menunda-nunda. Dan sibukanlah ia datang mencintaiku. Sesungguhnya  Engkau maha kuasa atas segala sesuatu".

                    Do'a  Kasih Sayang Dalam Makanan/Minuman

Pesan:
Mahabbah ini sangat ampuh untuk memikat hati seorang wanita yang akan dikawininya, sehingga wanita itu benar-benar mencintainya dengan setulus hatinya. Oleh karena itu apa bila kalian mengamalkannya satu kali tidak sukses, cobalah kedua kalinya Insya Allah pasti sukses amin.

Kiranya cukup sampai disini semuga  artikel kami yang berjudul Do'a Muhabbah Untuk Memikat Hati Wanita Atau Laki-Laki Yang Akan Dikawini bermanfaat bagi kita, dan semoga kita lekas diberi calon istri yang shalehah oleh Allah Subhanahu Wataala. Amin Ya Robbal Alamin.
 

Tuesday, 15 November 2016

Do'a Muhabbah/Kasih Sayang Dalam Makanan/Minuman

Allah Subhanahu Watala, berfirman dalam surah al-Baqaroh dan surah al-Mukmin yang berbunyi: ''Aku perkenankan do'a orang-orang, apabila dia berdo'a pada-Ku. Berdo'alah pada-Ku, niscaya Aku perkenankan do'amu''. Do'a Muhabbah/Kasih Sayang Dalam Makanan/Minuman ini Sangat manjur atau mujarab apabila anda menginginkan istri atau suaminya benar-benar mencintai anda, maka ikutilah cara-cara dibawah berikut.
Do'a Muhabbah/Kasih Sayang Dalam Makanan/Minuman

Cara-cara mengamalkannya adalah:
1. Suci/punya udwu'.
2. Menghadapkiblat.
3. Khusyuk.
4. Yakin sepenuhnya bahwa muhabbah ini pasti dikabulkan.
5. Membaca ''Bismillahir Rohmanir Rohim'' sebanyak 333 kali.
6. Membaca Do'a dibawah ini sebanyak 7 kali, setelah itu hembuskan kedalam makanan atau minuman, lalu berikan pada sang istri atau suami agar dimakan/diminum.

Baca Juga: Do'a Agar Dicintai Orang Banyak

Insya Allah dalam waktu dekat ia akan menaruh rasa cinta kepada anda dengan setulus hatinya, sehingga ia tidak menghiraukan godaan-godaan orang lain. Oleh karena itu amalan atau do'a ini sangat cocok di amalkan bagi orang laki-laki atau perempuan yang hubungannya tidak rukun dengan keluarganya.

Berikut do'anya:
فروح وريحان وجنة نعيم فمن شاء ذكره في صحف مكرمة مرفوعة مطهرة بايدي سفرة كرام بررة. قل انكنتم تحبون الله فتبعوني يحببكم الله ويغفرلكم ذنوبكم والله غفورالرحيم. ولاحول ولاقوة الاباالله العلي العظيم. والحمد لله رب العالمين

Artinya: ''Maka dia memperoleh keberuntungan dan memperoleh rizqi serta kenikmatan. Maka barang siapa yang menhendaki, tentunya ia memperhaatikannya, didalam kitab-kitab yang dimulyakan, yang ditinggikan lagi disucikan ditangannya para penulis/utusan, yang mulia lagi berbakti. Katakanlah jika kamu mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah maha pengampun lagi maha penyanyang. Tiada daya dan upaya melainkan dengan pertolongan Allah yang maha Tinggi lagi maha Agung. Segala puji  bagi Allah Tuhan semesta alam".

 Pesan:
Janganlah engkau patah semangat, teruslah berusaha dan berdo'a, karena Allah suatu saat pasti akan mengabulkan do'a kalian atau sesuatu yang pinta oleh kalia semua.

Kiranya cukupup sampai disini saja seemuga dengan adanya Do'a Muhabbah/Kasih Sayang Dalam Makanan/Minuman ini, keluarga kalian menjadi keluarga yang sakinah mawaddah warohmah. Amin Ya Robbal Alamin.
 

Saturday, 12 November 2016

Mengapa Kita Berzikir Dan Membaca Surah Yasin Untuk Orang Mati?

Mengapa Kita Berzikir Dan Membaca Surah Yasin Untuk Orang Mati?, pada edisi sebelumnya kita mendapat inpormasi bahwa Imam Achmad bin Hanbal beralih pikiran dari inkar dan menerima dan menerima saat mengetahui apa yang diwasiatkan oleh Umar bin Khaththab, perihal berzikir untuk orang yang sudah meninggal dunia. Beliau juga berpesan agar membaca surah al-Fatihah, al-Muawwadzatain dan Qul Huawa Allahu Ahad saat berziarah kubur.
Beberapa dalil selain itu, munkin bisa dinilai cukup sebagai pedoman untuk berzikir yang pahalanya dikirimkan kekeluarga, teman dan orang-orang terdekat yang telah meninggal  dunia.
Mengapa Kita Berzikir Dan Membaca Surah Yasin Untuk Orang Mati?

Hal lain yang bisa dijadikan dasar untuk mengirimkan pahala bacaan kepada keluarga atau teman yang meninggal adalah Hadis yang menceritakan bahwa Rasulullah suatu saat berjalan bersama sejumlah shahabat dan menemukan dua kuburan.
Saat itu Rasulullah bersaba kepada para shahabatnya, ''Kedua penghuni makam ini sesungguhnya sedang  disiksa dan keduanya disiksa bukan karena telah melakukan dosa besar. Adapun salah satunya adalah tidak bersuci dari kencingnya, sedangkan yang satunya karena suka mengaadu domba''. Kemudian Rasulullah mengambil sepotong pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua, lalu membenamkannya pada setiap makam.
Para shahabat bertanya pada Rosullah, ''Wahai Rasulullah mengapa engkau melakukan hal ini?''. Rasulullah menjawab, ''Sesungguhnya Allah meringankan siksaan keduanya selama kedua prlepah kurma tersebut sebelum kering'' (HR Ibnu Majah).

Dari kejadian ini para ulama memformolasikan tentang hukum sampainya pahala do'a dan di zikir kepada orang telah meninggal. Imam Qurtubi menyatakan, jika kedua penghuni makam tersebut dapat di ringankan siksanya karena tasbih dari pelepah kurma yang masih basah, bagaimana dengan pengaruh bacaan Al-Quran orang mukmin di depan makam saudaranya? (Al-jami' li- Ahkamil-Qur'an, X/267).

Sanada dengan hal itu, Imam nawawi dalam mengomentari hadist ini,dalam Syarhun-Nawawi 'ala Shahih muslim mengatakan, ''Berdasarkan Hadis ini, para ulama menganjurkan kepada seseorang untuk membaca Al-Qur'an di seluruh makam. Sebab, logikanya pelapah kurma dapat meringankan siksa seseorang tentunya bacaan Al-Qur'an akan lebih utama.'' (Syarhun-Nawawi 'ala Shahih Muslim, III/202).

Dari itulah, ulama terdahulu kita mengajarkan untuk mengirimkan pahala bacaaan kepada orang yang telah meninggal. Pembacaan surah Yasin, tidak hanya di lakukan ketika menjelang tercabutnya ruh, melainkan setelah kematian saat melakukan ziarah kubur.
Dalam sebuah Hadist di sebutkan:
ااقْرَءُوا(يس) عَلَى مَوْتَاكُمْ   
''Bacakanlah (surah Yasin) kepada orang-orang yang meninggal dunia di antara kalian.'' (HR. Abu Dawud, dll).
Mengapa Kita Berzikir Dan Membaca Surah Yasin Untuk Orang Mati?
Dalam pandangan Ibnu Hibban dan lainnya, konteks Hadist ini memang di tujukan kepada orang yang akan meninggal. Menurut mereka, pemahaman ini didasari oleh Hadist yang di keluarkan oleh Ibnu Abid Dunya dan Ibnu Mardawaih yang berbunyai:
ما من ميت يقرأ عند رأسه سورة يس إلا هون الله عليه      
'' Setiap manyit yang di bacakan surah Yasin di sisi kepalanya Allah akan memudahkan (pencabutan ruh)-nya.''
Akan tetapi, para ulama yang memiliki kredibilitas keilmuan mendalam (muhaqqiq) mengatakan bahwa Hadist ini berlaku secara umum, baik untuk mereka yang sedang mengalami sakaratul maut, maupun yang sudah meninggal. (Al-Ajwibah al-Ghaliyah fi Aqidatul-Firqah an-Najiyah, 80). Termasuk juga, ulama priode akhir  (mutaakhkhirin) yang mengembalikan pada bentuk lahir Hadist ('ala mautakum), sehingga bisa di baca setelah matinya. 
Dari itu, sebagian ulama berpendapat bahwa atas dasar Hadist di atas, surah Yasin bisa di baca di kuburan manyit saaat ziarah kubur. Hal ini di dasari oleh Hadist riwayar Ibnu 'Adi dan lainnya yang berbuyi:
من زار قبر والديه أو أحدهما في كل جمعة فقرأ عندهما يس غفر له بعدد كل حرف منها 
'' Barang siapa yang berziarah ke makam kedua orang tuanya atau salah satunya di setiap hari jum'at, lalu ia membaca surah Yasin di sisinya maka ia akan diampuni menurut hitungan huruf dari surah Yasin.'' (Mirqatul-Mafatih, V/336).

Di samping itu, ada sebuah Hadist dari Rasulullah yang menjelaskan adanya jaminan untuk mendapatkan ampunan bagi orang yang meninggal yang di shalati oleh tiga shaf jamaah.
Juga Hadist yang menjelaskan bahwa do'a orang yang menshalati mencapai 100 orang dan semuanya berdo'a untuknya, niscaya doa (syafaat) mereka untuknya diterima (HR. Muslim, an-Nasa'i dan Achmad). Mengetai hal ini, perlu kita pahami bahwa esensi shalat janazah adalah mendoakan mayat, didalamnya juga terdapat bacaan fatihah dan shalawat kepada baginda Rasulullah, yang berarti juga terdapat zikir.

Baca Juga: Hukum Ziarah Kubur

Dengan demikian, kemungkinan terbesar doa dan bacaaan bisa sampai ke mayat. Oleh karena itu majlis zikir bersam yang kita sebut dengan majlis tahlilan memiliki akar yang sangat kuat dari sudut dalil. Kita tidak perlu ragu dengan apa yang telah diajaarkan oleh para ulama terdahulu kita, hanya ada sekelompok orang yang menyatakan bahwa zikir atau tahlilan kepada mayat dianggap bid'ah. Asalkan kita tidak meyakini bahwa tahlilan itu wajib, dan kenyataanya memang demikian tidak ada yang perlu dipersoalkan. Terlebih lagi, melalui majlis tahlil kita dapat mendoakan keluarga kita yang meninggal, serta mengirimkan pahala zikir dan sedekah yang dijadikan jamuan kepada mereka yang  ada di alam sana.

Meskipun demikia, kita tidak boleh memungkiri bahwa sampainya pahala zikir kepada orang yang telah meninggal ini terjadi khilaf di tengah para ulama, khususnya dikalangan Syafiiyah. Akan tetapi, bukan berarti kita mengenyampingkan pendapat yang kontra, terlebih lagi jika di telisik lebih dalam perbedaaan mereka sebenarnya bisa disatukan melaui pemahaman yang baik. Untuk itu, sebagai pelengkap dari tulisan ini pada eidisi berikut akan disampaikan pandangan pro dan kontra atas sampainya pahala bacaan ke orang yang meninggal dari kalangan Syafiiyah. Tema dari sudut ini, mungkin saja telah masuk ranah fikih, tetapi tidak dipisah dari keyakinan sebagai orang yang menyakini ada kehidupan lain setelah kematian.

   Kiranya cukup sampai disi tentang Mengapa Kita Berzikir Dan Membaca Surah Yasin Untuk Orang Mati ini, semuga yang membaca dan pengarangnya selalu diberi kesehatan dan kelapangan dada serta ke suksesan dari dunia sampai akhirat. Amin Ya Robbal Alamin.

                                                                                               
                                                                                                                                   BULETIN Sidogiri

Wednesday, 9 November 2016

Hukum Menghadiri Walimah Tanpa Diundang

Hukum Menghadiri Walimah Tanpa Diundang. Walimah adalah sebuah nama untuk setiap undangan atau makanan yang dihidangkan karena mendapat kegembiraan atau lainnya. Dimasyrakat kita, kata walimah lebih sering diucapkan Ursy atau mantenan untuk yang lain bisa disebut selamatan atau lainnya. Inti dari walimah, sebagaimana dikatakan oleh al-Mawardi adalah menyediakan makanan dan mengundang orang-orang untuk menikmatinya.
Hukum Menghadiri Walimah Tanpa Diundang
   Dalam Islam setidaknya ada sepuluh jenis walimah sebagimana berikut:
1.  Al-Khurs yaitu walimah untuk keselamatan wanita bersalin.
2.  Aqiqah  yaitu walimah untuk anak di hari ketujuh.
3.  Al-khitan atau Al-I'dzar atau disebut pula walimah sunatan.
4.  Al-Milak yaitu walimah resepsi untuk akad nikah.
5.  Al-Ursy setelah yaitu walimah dua mempelai melakukan hubungan intim (duhul) setelah pernikahan.
6.  Al-Hidzaq yaitu walimah untuk kecerdikan orang yang hafal al-Qur'an atau kitab agama lainnya.
7.  Al-Naqi'ah atau disebut dengan as-Safar yaitu walimah setelah tiba dari perjalanan yang jauh. Termasuk juga saat akan melakukan perjalanan yang tujuannya untuk meminta do'a kebaikan.
8.  Al-Wdimah  yaitu walimah untuk orang yang mendapat musibah dan kesusahan.
9.  Al-Wakirah yaitu walimah untuk bangunan rumah baru.
10.Al-Ma'dubah yaitu walimah tanpa sebab apa-apa.

   Dari semua jenis walimah diatas, hanya walimah Ursy yang wajib kita hadiri, selebihnya adalah sunah. Telah maklum dalam bab ini hukum menghadiri undangan wamah ursy (Ijabah al- Wadimah) dalam acara mantenan merupakan sebuah kewajiban menurut mayorita para ulama. Hukum ini didasari oleh sebuah Hadis: ''jika di antara kamu diundang dalam acara walimah, datamglah''.
   Walimah Ursy dalam konteks ini bukan berarti undangan dengan pembacaan dibaiyah dan lain sebagainya, seperti yang lumrah diiucapkan masyarakat. Menghadiri acara matenan yang didalamnya ada jamuan makanan, berarti telah menghadiri undangan walimah, karena terkait dengan penyediaan makanan. Ada persoalan yang sering muncul di tengah-tengah masyrakat dengan menghadiri walimah matenan tanpa tanpa di undang. Bagaimana dengan makanan yang disediakan ketika tidak diundang dalam resepsi pernikahan?.
   Di tengah-tengah masyrakat sering muncul dilema ketika ada saudara atau teman dekatnya menyelenggaran walimah sedangkan dirinya tidak diundang: mau datang tidak diundang , tidak datang merasa tidak enak sendiri. Namun kemudian, dalam kondisi demikian sering datang kelokasi acara, padahal makanan yang  ada disediakan untuk undangan, sementara dirinya tidak diundang.

   Dalam aturan fikih, jamuan makanan yang disediakan untuk para tamu diperbolehkan untuk dinikmati, tanpa meminta izin terlebih dahulu kepada tuan rumah. Hal ini karena melihat kebiasaan yang sudah berlaku bahwa makanan yang disediakan memang untu dipersilahkan, Mestinya makanan yang sudah disediakan tidak boleh dimakan oleh hadirin yang tidak mendapat undangan, karena makanan tersebut memang hanya disediakan untuk para undangan.
   Menghadiri acara makanan tanpa melalui undangan dalam fikih bisa disebut tathafful. Bagi tathafful sebenarnya boleh menikmati hidangan makanan yang disediakan asal memiliki izin dari pemilik makanan. Inilah yang antara mendapatkan undangan dan yang tidak, yaitu adanya permintaan izin terlebih dahulu.
   Izin dalam masalah ini boleh dengan cara melihat tanda-tanda kerelaan dari pihak tuan rumah, seperti mempersilahkan langsung kepadanya. Kerelaan pihak penyelenggara juga bisa dilihat dari gelagat suka dan tidaknya kepada tathafful atau melihat keakraban hubungan antara diri dan penyelenggara sebelumnya, seperti hubungan persahabatan atau kecintaan penyelenggara kepada orang tersebut.
 
   Termasuk dalam konteks ini adalah wakil dari orang yang diundang. Perwakilan orang yang diundang kepada wakil, bisa dibilang sah. Namun persoalannya ia hanya sebatas wakil dalam menghadiri undangan, tidak sebagai kapasitas sebagai penikmat hidangan. Hal inilah yang mengharuskan kerelaan dari penyelenggara, maka dari itu penyelenggara diharapkan legowo jika kemudian dalam acara ada wakil dari orang yang diundang menikmati hidangan yang telah dipersiapkan. Hanya persoalannya kerelaan yang didasari atas dugaan seperti di atas harus tidak meleset, artinya penyelenggara betul-betul rela terhadap penikmatan hidangan. Jika kemudian meleset, maka orang yang tidak diundang tersebut wajib menganti makanan yang telah dinikmatinya. Hal ini sesuai dengan kaidah fikih:
لاعبرة في الظن البين خطأه
   Artinya ''Dugaan yang jelas keliru, tidak dianggap''
Persoalan yang sama adalah dengan makanann yang disediakan untuk dibawa atau dalam bahasa jawa disebut berkat. Kerelaan dari penyelenggara juga menjadi catatan halal dan tidaknya makanan yang boleh dibawa oleh orang yang tidak diundang. Terlebih berkkat yang disediakan biasanya disesuaikan dengan hitungan undangan, jika ada pihak yang tidak terdapat dalam undangan masuk, tentu menyulitkan bagi penyelenggara.
   Hal juga masuk dalam kaitan jamuan makanan adalah hukum ibahah pada makanan. Bagi tamu baik dalam resepsi, walimah atau tamu seperti saat hari raya hanya diperkenankan untuk menikmati hidangan yang disediakan ditempat saja, tidak boleh dibawa pulang atau bahkan tidak boleh memberi pada orang lain jika memang disediakan untuk tamu. Terkecuali memang ada kerelaan dari tuan rumah.

Baca Juga: Hukumnya Suami Yang Hilang Dan Istrinya Kawin Lagi

   Hukum senada adalah memakan hidangan melebihi batas wajar. Sebenarnya tamu tidak boleh makan melebihi jatah yang disediakan dalam walimah atau resepsi pernikahan. Ia hanya boleh menikmati apa yang disediakan, seperti hanya satu piring nasi, tidak boleh melebihi batas itu, kecuali memang ada kerelaan dari pikah penyelengara.

   Intinya: Halal dan tidaknya makanan yang disediakan untuk dinikmati oleh tamu non undangan tergantung atas kerelaan penyelenggara acara. Dugaan kuat juga menjadi dasar atas halal dan tidaknya makanan, yang jika dugaan itu salah atau meleset ada kewajiban untuk mengganti makanan tersebut.

   Kesimpulan: Meskipun dalam adat masyrakat kita tampaknya sulit untuk tidak mendapat kerelaan atas hidangan yang disediakan untuk dinikmati oleh hadirin meski tidak mendapat undangan, tetapi ketentuan ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengingat tidak semua orang memiliki karakter suka merelakan apa yang dimiliki untuk dinikmati oleh orang yang ia tidak menentukannya.

   Kiranya cukup sampai di sini saja tentang Hukum Menghadiri Walimah Tanpa Diundang ini, semuga dengan adanya artikel ini kalian bisa dapat mengambil hikmahnya dan semuga yang membaca artikel ini semua dosa-dosanya di ampuni oleh Allah SWT, terutama semua orang tua kalian yang telah meninggal. dan semuga yang mengarangnya selalu diberi ketabahan oleh Allah SWT dan sukse di dunia sampai akhirat. Amin Ya Robbal Alamin.


                                                                                                                 BULETIN Sidogiri