Wednesday 23 November 2016

Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya, ramadhan adalah bulan yang sangat mulia. Kemuliaan bulan ramadhan ini ditopang dengan rangkaian dalil yang tidak perlu dilakuka koreksi. Pada bulan inilah semua amal kebaikan manusia akan dilipat gandakan. Dalam riwayat dari Salaman al-Farisi, suatu ketika Rasulullah berkhuthbah pada akhir sa'ban. Dalam khuthbahnya Rasulullah mengupas keistimewaan ramadhan dan Lailah al-Qodar .
Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Rasulullah menyebut bahwa ramadhan merupakan bulan mubarak yang ddalamnya terdapat Lailatul-Qodar, yaitu malam yang lebih baik dari pada seribu bulan. Allah meenjadikan bulan ramadhan sebagai kewajiban beribadah malam sebagai kesunahan. Orang bertaqarrub dibulan ramadhan dengan mengerjakan amal baik, pahalanya sama dengan orang yang mengerjakan ibadah fardhu di selain ramadhan, seperti mengerjakan tujuh puluh ibadah fardhu diselain bulan ramadhan. Bulan ramadhan adalah bulan kesabaran, sedangkan sabar ganjarannya adalah surga.

Dalam khuthbah yang panjang itu, salah satu yang menjadi perhatian adalah Lailatul-Qodar. Lailatul-Qodar juga disinggung dalam al-Qur'an Suarah al-Qodar [97], sebagai malam lebih baik dari seribu malam (khirun min alfi syahr). Hanya kemudian, pada malam apakah Lailatul-Qodar terjadi?. Apakah lipatan pahala amal pada  Lailatul-Qodar yang demikian istimewa tersebut hanya didapat oleh orang yang bisa menyingkap tabir malam seribu bulan itu, atau seseorang yang kebetulan beramal pada Lailatui-Qodar juga mendapatkan keistimewaan besar itu?

Misteri rahasia Ilahi agar manusia terus berupaya untuk menggapainya, jika kemudian ada rumusan dari para ulama, hanyalah bagian dari pendeteksian atas terjadinya malam mulia itu. Terkait denga tahu dan tidaknya atas berlangsungnya Lailatui-Qodar untuk merengkuh keistimewaan tersebut, terjadi silang pendapat di antara ulama. Perbedaan itu bisa dilihat dari jawaban Imam Ramli saat ditanyakan hal itu. Beliau mengakui adanya perbedaan dikalangan ulama terkaid dengan apakah harus tau tidak untuk keistimewaan Lailatu-Qodar. Imam Ramli juga mendasarinya dengan mengutip pendapat dari Ibnu Hajar (Fatwa ar-Ramli, 2:67).

Diantara yang berbeda adalah ath-Thabari, al-Muhallab, Ibn al-Muqri dan sekumpulan ulama lain menyatakan bahwa keutamaan Lailatul-Qodar tidak terkait dengan tersingkapnya malam itu denhan tanda-tanda. Asalkan sudah tepat amal bebaikan yang dikerjakan pada malam itu, meski kebetulan dan tidak mengetahuinya tetap mendapat pahala sesuai yang dijanjikan. Sementara itu dari kalangan mayoritas ulama (aktsar), pahala berlipat pada Lailatul-Qodar terikat dengan pengetahuan akan malam itu. Artinya, Jika kebetulan, pahala berlipat tidak bisa diraih.
Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Kunci perbedaan tersebut adalah pada kata ''Yuwafiqu'' pada Hadis riwayat Imam Muslim berikut:
من يقم ليلة القدر فيوافقها ايمانا واحتسابا غفرله
Artinya ''Barangsiapa yang beribadah pada malam Qodar lalu mencocokinya, disertai keimanan dan mencari ridha Allah, dosanya diampuni''. HR. Musli.
Kata ''Yuwafiqu'' yang subjeknya adalah orang yang mengerjakan ibadah pada Lailatu-Qodar kata Imam Nawawi adalah mengetahui (al-Ilmu) bahwa malam itu adalah Lailatul-Qodar. Ia mencocoki berarti tahu bahwa itu Lailatul-qodar. Akan tetapi menurut beliau, juga masih ada kemungkinan bahwa maksud ''Yuwafiqu" adalah mencocoki Lailatul Qodar pada ranah kenyataan (nafs al-amr), meskitidak mengetahuinya keberlangsungan malam itu.

Sementara Ibnu Hajar memberi penjelasan atas perbedaan tersebut, menurutnya penafsiran kata ''Yuwafiquha" pada Hadis diatas dengan pengetahuan terjadinya Lailatul-Qodar adalah pendapat unggul dari pandangannya. Akan tetapi tidak menutup kemungkinan bagi orang yang beribadah untuk memburu  keistimewaan Lailatul-Qodar mendapat hasil pahala besar ketika kebetulan dilakukan pada malam istimewa itu, meski ia tidak mengetahuinya.

Sebagaimana yang dikatakan oleh Imam Ramli, dari sudut makna pendapat yang mengharuskan pengetahuan lebih unggul. Namun demikian dua penafsiran ini sebenarnya bisa dikompromikan (jam'u). Pendapat pertama, hanya berkait dengan ampunan dari Allah ketika mengetahui bahwa malam Lailatul Qodar dan ia beribadah dimalamnya. Maksudnya selain pahala besar, ia juga mendapatkan ampunan sesuai dengan arti lahir Hadis diatas, yang dalam riwayat lain menyebut dosa-dosa yang telah dilakukan. Adapun orang yang kebetulan beramal kebajikan pada Lailatul-Qodar, meski tidak mengetahuinya, lipatan pahala tetap ia raih sesuai yang dijanjikan, meski tidak
mendapat jaminan ampunan.

Baca Juga: Keutamaan Membaca Al-Qur'an

Artinya, tahu dan tidaknya bahwa suatu malam pada bagian bulan ramadhan, khususnya pada sepuluh terakhir tidak menjadi persoalan inti. Hal paling inti adalah bagaimana kita dapat mengisi hari-hari ramadhan dengan amalan ibadah yang dilandasi keimanan dan harapan besar atas pahala yang dijanjikan oleh Allah. Keimanan atas apa yang dijanjikan adalah sumber utama dalam segala tindakan, meski terbilang kecil secara lahiriah.

Memang beragam pendapat atas keberadaan Lailatul-Qodar, dari semua pendapat sepuluh akhir dari bulan ramadhan adalah suatu hal yang paling unggul dinyatakan sebagai berlabuhnya Lailatul Qodar, terutama pada hari-hari tanggal ganjil. Untuk hal ini ada rumus-rumus tertentu dari ulama terkait dengan terjadinya Lailatul Qodar disepuluh akhir ramadhan. Paling tidak rumusan ini dapat dijadikan salah stu sumber deteksi untuk meraih keutamaan besar malam itu. Jikapun tidak bersikap keistimewaannya, setidaknya amal kebaikan tetap akan dilipat gandakan dibanding dengan amal pada malam-malam yang lain.
Mendeteksi Malam Lailatul-Qodar Lengkap Dengan Do'anya

Rumus pertama dari Imam al-Ghazali yang kemudian dijadikan nazham oleh asy-Syihab al-Qulyubi. Menurutnya untuk mendeteksi keberadaan Lailatul-Qodar  bisa dilihata dari awal mulanya berpuasa. Jika awal puasa pada hari ahad atau rabu, Lailatul Qodar jatuh tanggal 29; awal hari selasa dan jum'at, jatuh pada tanggal 27; awal pada hari kamis, jatuh pada tanggal 25; awal pada hari sabtu, jatuh pada tanggal 23; dan awal pada hari senin, jatuh pada tanggal 21.
Rumusan tersebut bersumber dari kalangan sulfi yang bergelut dalam dunia askets (zuhud). Ada banyak rumus untuk mendeteksi Lailatul Qodar, rumus lain yang sedikit berbeda dengan rumusan diatas, sebagaimana dikutip oleh Syekh Abu Bakar Syatha dalam I'anah-nya. Juga sama dari awal puasa, tapi penentuannya bearbeda. Rumus tersebut adalah Lailatul Qodar Jatuh pada tanggal 29 jika awal puasa harai jum'at atau senin; tanggal 21 jika awal puasa hari ahad dan rabu; tanggal 25 jika awal hari selasa; dan jika Ramadhan diawali hari kamis bisa terjadi setelah sepuluh hari pada malam disunahkannya witir, yakni tanggal 25 keatas.

Ini hanyalah berupa rumusan untuk pendeteksian awal terjadinya Lailatul Qodar, kepastiannya tetap menjadi rahasia Ilahi. Kerahasiaan inilah yang kemudian melahirkan istiqamah untuk ber-Taqarrub di semua bulan ramadhan, terlebih pada sepuluh akhir dari tanggal 21. Bersiaplah untuk menyambut ramadhan dan merangku keistimewaan Lailatul Qodar!  Semuga Allah memberikan kita pertolongan. Amin.

   Kiranya cukup sampai di sini tentang  semuga pengarang dan yang membaca artikel kami selalu diberi pertolongan oleh Allah SWT dan mendapatkan Malam yang penuh keistimewaan (LAILATUL QODAR). Amin Ya Robbal Alamin.


                                                                                                                                   BULETIN Sidogiri

0 komentar:

Post a Comment

MASUKAN KOMINTAR DISINI